Minggu, 22 Juni 2014

ANALISIS KRITIK SASTRA BERDASARKAN TEORI STRUKTURALIS DALAM NOVEL “KU TUNGGU DI JARWAL” KARYA M. SHOIM ANWAR

Kritik sastra cerita pendek yang berjudul “Ku Tunggu di Jarwal” karya M. Shoim Anwar menggunakan teori struktural. Analisis berdasarkan teori struktural sastra disebut juga pendekatan objektif dan menganalisis unsur intrinsiknya, Fananie (2000: 112) mengemukakan bahwa pendekatan objektif adalah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra secara keseluruhan. Pendekatan yang dinilai dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang berlaku. Konvensi tersebut misalnya, aspek-aspek instrinsik sastra yang meliputi kebulatan makna, diksi, rima, struktur kalimat, tema, plot (setting), karakter. Yang jelas, penilaian yang diberikan dilihat dari sejauh mana kekuatan atau nilai karya sastra tersebut berdasarkan keharmonisan semua unsur pembentuknya. Pada aspek ini semua karya sastra baru bisa disebut bernilai apabila tiap-tiap unsur pembentuknya (unsur intrinsiknya) tercermin dalam strukturnya, seperti tema, karakter, plot (setting).
Karena analisi kritik sastra ini menggunakan teori struktural, maka didalamnya terdapat berbagai teori yang juga ikut menjadi bagian dalam cerita pendek ini, misalnya di awal atau tahap orientasi, penulis sudah menambahkan unsur feminisme seperti dengan mengenalkan sosok perempuan meskipun dengan penulis menempatkan dirinya sebagai orang kedua dalam cerita pendek tersebut. Misalnya dalam kutipan berikut.
“Dia menariknya, tapi gagal sehingga terpaksa jari-jarinya harus ikut campur melepaskan. Aku memperhatikannya. Dia seperti member isyarat agar aku menunggu.”
Selain menempatkan dirinya sebagai orang kedua dalam cerita pendek, penulis juga menunjukkan feminis lebih kuat lagi seperti dalam kutipan berikut.
 “ Alis dan pangkal bulu matanya di tebalkan dengan pewarna”.
“tampak ujung jempol kakinya di cat kuku warna merah seperti buah kurma”.
 Meskipun tanpa membaca kalimat selanjutnya, apresiator dengan sederhananya dapat menilai bahwa hal ini tidak beres karena sosok Ina adalah sosok pembantu, apalagi pembantu di luar negeri yang tingkat kejahatannya sangat tinggi terutama pelecehan seksual, tapi kenapa Ina malah menggunakan “pemoles” muka agar wajahnya tampak cantik?. Yang jelas-jelas hal itu akan mengundang hasrat laki-laki untuk menggodanya. Seharusnya penulis tidak menggambarkan sosok Ina seperti itu karena sebagaian pembaca akan menganggap bahwa semua yang dilakukan Ina termasuk bersolek juga akan dilakukan oleh pembantu lain padahal mata pencaharian mereka hanyalah sebagai pembantu, minimal harus tahu posisi, situasi dan lebih tepatnya kondisi karena keamanan TKW di luar negeri masih di ragukan.
Selain dengan bersolek, penulis juga menggambarkan TKW adalah wanita yang gampang berkomunikasi dengan orang dalam arti tidak memikirkan baik atau buruk orang tersebut karena proses perkenalannya pun terasa mengganjal. Seperti dalam kutipan berikut.
“Dia tersenyum tipis, setipis kain cadar.”
“selanjutnya kami melontarkan pertanyaan yang sama, termasuk soal nama.”
“Akhirnya dia bertanya alamatku.”
Bagi seorang TKW berkomunikasi dengan orang seharusnya tidak berjalan semudah itu, maksudnya kenapa sangat gampang? Kenapa Ina tidak berpikir negatifnya ketika berkenalan dengan laki-laki meskipun mereka berasal dari tanah air yang sama, tapi kemungkinan itu selalu ada dan harus dipikirkan bahkan hukumnya wajib.
Mungkin penulis memiliki tujuan yang berbeda dan membiarkan apresiator tenggelam dalam pikiran yang negatif karena di dalam cerita pendek yang berjudul “Ku Tunggu di Jarwal” ini sangat menyudutkan perempuan, seolah perempuan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan apa yang diinginkan termasuk cara yang tidak lazim. Seperti member lembaran uang kepada laki-laki yang baru dikenalnya. Dengan bersikap seperti itu jelas Ina mempunyai maksud dan tujuan tertentu atau bahkan manjadi parasit secara perlahan.
Penulis juga menggambarkan laki-laki yang sangat menderita ketika jauh dari anak-anak dan istrinya karena alasan bertugas. Apresiator akan mengetahui kalau penulis cerita pendek ini adalah laki-laki kalau saja sebelumnya tidak di beri tahu sosok penulisnya karena terdapat beberapa kalimat yang menggambarkan penulisnya laki-laki meskipun penulis menuliskan dengan kata-kata sederhana, kata-kata sederhana tersebut  terdapat dalam kutipan berikut.
“Aku sudah terbiasa berpisah dengan anak dan istri hingga menjelang pension. Selama tiga puluh tahun bertugas, sudah delapan kali aku dimutasi berbagai kota dan pulau. Tanpa membawa anak dan istri.”
Apalagi sang suami yang berusaha mencari uang halal untuk menghidupi keluarga dengan jalan apapun meskipun hal itu membahayakan sekalipun. Mungkin penulis menunjukkan kepada para pembaca bahwa itulah yang dilakukan seorang suami yang benar bertanggung jawab tentunya terhadap nasib keluarganya. Kalau laki-lali bertanggung jawab memang selalu ada cobaan yang harus di laluinya. Tak lama kemudian penulis menyebutkan bahwa sang istri yang selama ini menjadi penguat lahir dan batin telah dipanggil sang Khalik. Berat memang tapi itu yang sudah tertulis di buku takdir Tuhan. Ironis memang.
Memang sedikit menjengkelkan ketika situasi dalam cerita pendek sudah berjalan teratur menemui hal yang tidak sepatutnya, seperti sosok Ina yang dihadirkan kembali, bahkan sekarang penulis menggambarkan Ina lebih berani yaitu dengan menemui langsung laki-laki yang pernah di ajaknya berbicara waktu itu seperti dalam kutipan.
“Bapak masih ingat saya?” perempuan berpakaian hitam itu membuka pembicaraan.”
“Eh…?”
“Saya Ina. Yang pernah ketemu dipinggir parkiran depan sana,” dia menuding ke arah tenggara sambil tersenyum.”
Tapi yang sangat patut  di apresiasi adalah ketika penulis menggambarkan kesetiaan seorang suami yang telah lama di tinggal mati oleh istrinya, meskipun kutipannya terkesan absurd, karena kata “bersenang-senang” bisa di artikan apa saja, tapi mungkin bernilai positif karena di atas sudah d jelaskan bahwa sosok suami bersikap baik, seperti dalam kutipan.
“Bukan untuk bersenang-senang seperti saat jauh dari istri dahulu. Biarlah masa lalu tertelan waktu.”
Ina semakin menjadi. Semakin absurd cerita pendek yang berjudul “Ku Tunggu di Jarwal” karena Ina meminta laki-laki yang di kenalnya di parkiran tersebut  sebagai penghulunya, setelah menolak, Ina semakin tidak masuk akal permintaannya, dia meminta untuk menikahinya. Karena sosok laki-laki tersebut menjaga hatinya dari perempuan lain yang bisa saja menggantikan posisi istrinya secara perlahan, dia menolak.
Akhir dari cerita pendek itupun semakin tidak jelas. Bisa diartikan bahwa Ina bunuh diri karena tertekan telah dijadikan budak nafsu atau Ina telah membunuh Abu Jahal, majikannya karena tetap alasannya adalah tertekan.
Penulis sengaja membuat seperti itu karena penulis membiarkan apresiator bermain dengan imajinasinya. Dengan itulah jalan penulis untuk menarik apresiator dalam mengapresiasi karyanya.

Erick f
105200172


1 komentar:

  1. Hotel, Casino, & Venue Photos - MapyRO
    Find 안산 출장샵 the best hotels 서산 출장마사지 and casinos in Las Vegas, NV. Search for hotels and motels near the main Strip 수원 출장안마 Casino Hotel in Las 성남 출장안마 Vegas and 김천 출장마사지 nearby.

    BalasHapus